Membaca sering kali dipandang sebagai sekedar kemampuan teknis dalam mengeja huruf-huruf, tetapi sebenarnya, ini jauh lebih dari itu.
Bagi saya, literasi adalah sebuah perjalanan yang dimulai jauh sebelum anak-anak memegang buku pertama mereka. Literasi sejati berarti memahami, merespons, dan yang paling penting, mencintai bahasa sejak usia dini.
Ini adalah fondasi yang tidak hanya membangun keterampilan membaca, tetapi juga kemampuan untuk berpikir kritis, berkomunikasi dengan jelas, dan memahami dunia di sekitar kita.
Saya percaya bahwa untuk mewujudkan anak-anak yang literat, kita, orang tua dan guru, harus bekerja bersama-sama. Tugas ini bukanlah beban yang terpisah, melainkan sebuah upaya kolaboratif yang saling mendukung.
Di rumah, orang tua adalah contoh pertama yang menunjukkan bahwa membaca itu sangat menyenangkan. Kita bisa mengajak anak-anak kita untuk menyelami dunia cerita, mendiskusikan tokoh-tokoh dalam buku, dan berbicara tentang pesan yang tersembunyi dalam setiap halaman yang mereka baca.
Ini bukan hanya tentang mempelajari kata-kata, tetapi tentang memahami makna yang lebih dalam dan cara kita dapat mengaitkan pengetahuan itu dengan kehidupan mereka.
Namun, peran guru di sekolah juga tidak kalah penting. Di sekolah, anak-anak diajak untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mereka melalui berbagai jenis bacaan dan pembelajaran. Guru memiliki peran sentral dalam menciptakan lingkungan yang menggugah semangat literasi.
Dengan pendekatan yang kreatif dan penuh kasih, mereka dapat mengajarkan cara membaca yang menyenangkan sekaligus memperkenalkan anak-anak pada berbagai jenis teks, dari cerita fiksi hingga informasi faktual.
Sebuah kolaborasi yang erat antara rumah dan sekolah akan menciptakan suasana yang mendukung anak-anak kita untuk tumbuh menjadi pembaca yang tidak hanya mampu mengerti kata-kata, tetapi juga menghidupi setiap cerita yang mereka baca.
Jika kita sebagai orang tua dan guru saling menguatkan peran kita, maka kita bisa mewujudkan anak-anak yang tidak hanya terampil membaca, tetapi juga mencintai membaca.
Itulah kunci utama dalam membangun literasi yang lebih dalam, yang akan menemani mereka sepanjang hidup. Maka, mari kita mulai dari sekarang, dengan langkah kecil di rumah dan di sekolah, untuk menunjukkan betapa indahnya dunia yang terbuka lewat buku.
Peran Orang Tua dalam Literasi Anak
1. Kegiatan Literasi Sederhana untuk Anak Usia 2–3 Tahun
Di usia ini, anak sedang dalam tahap eksplorasi. Anda bisa memperkenalkan literasi lewat kegiatan sehari-hari, seperti menyebutkan nama benda, membaca label makanan bersama, atau bernyanyi lagu abjad.
Tidak perlu menargetkan anak kita langsung bisa membaca, karena itu bisa membuat mereka pusing tujuh keliling, namun cukup biasakan mereka pada bentuk dan bunyi bahasa.
2. Membacakan Buku Cerita Bergambar Secara Rutin
Luangkan waktu setiap hari untuk membacakan buku. Pilih buku bergambar dengan kalimat sederhana.
Gunakan intonasi dan ekspresi wajah saat kita bercerita agar anak-anak kita terlibat dan merasakan serunya dunia cerita.
Hal Ini bisa menjadi rutinitas yang begitu indah dan selalu dirindukan sebelum tidur atau waktu santai di sore hari.
3. Menyiapkan Pojok Baca yang Nyaman dan Personal
Tidak perlu membuat perpustakaan mini untuk memulai, tidak perlu sesuatu yang mewah untuk bertindak.
Cukup buat sudut kecil di rumah sebagai “pojok baca”. Letakkan bantal empuk, rak buku kecil, dan boneka favorit anak di sana.
Tempat yang nyaman dan menarik secara visual akan membuat anak-anak kita betah berlama-lama membaca atau hanya membuka-buka buku.
Kegiatan Literasi Bersama Keluarga
1. Akhir Pekan Literasi: Membaca Bersama Seluruh Keluarga
Manfaatkan akhir pekan untuk membaca bersama. Bisa dengan piknik buku di taman belakang rumah atau membuat “klub buku keluarga” kecil.
Setiap anggota keluarga memilih satu buku pendek dan membacakannya satu per satu. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak, karena tidak hanya mereka yang dipaksa untuk membaca, tapi kita sebagai orang tua juga ikut menikmati bacaan tersebut.
2. Membuat Anak Tertarik Bertanya tentang Isi Buku
Jangan buru-buru menutup buku setelah membacakan cerita. Ajak anak berdiskusi ringan: “Apa yang paling kamu suka dari cerita ini?“, “Kalau kamu jadi tokohnya, kamu akan bagaimana?“. Pertanyaan seperti ini melatih pemahaman sekaligus komunikasi.
3. Membentuk Perpustakaan Keluarga yang Inspiratif
Tidak perlu mewah. Kumpulkan buku-buku cerita, ensiklopedia anak, dan buku aktivitas dalam satu rak khusus.
Ajak anak-anaak menyusun dan merawat bukunya sendiri. Hal Ini bisa membuat anak-anak merasa memiliki dan kebanggaan terhadap kegiatan membaca.
Peran Guru dalam Meningkatkan Literasi di Sekolah
1. Strategi Membaca Interaktif di Kelas Awal
Guru bisa menggunakan metode membaca bersama, membaca bergilir, atau membaca nyaring untuk meningkatkan partisipasi siswa.
Cerita pendek dengan unsur humor dan interaksi akan membuat suasana kelas lebih hidup dan menyenangkan.
2. Kolaborasi Sekolah dan Orang Tua dalam Budaya Literasi
Guru dan orang tua bisa saling bertukar informasi tentang buku yang disukai anak, kemajuan membaca, hingga kebiasaan literasi di rumah.
Sekolah juga bisa mengadakan program seperti “membaca 15 menit sebelum belajar” atau “membawa buku favorit dari rumah setiap Jumat”.
Penutup
Literasi bukan hanya tugas guru atau tanggung jawab orang tua semata, melainkan hasil dari kerja sama keduanya.
Saat anak-anak merasakan bahwa buku itu adalah bagian dari keseharian mereka, baik di rumah maupun di sekolah, maka cinta membaca akan tumbuh dengan alami.
Mari kita jadikan literasi sebagai budaya, bukan sekadar target belajar.