Tidak Perlu Bahagia Dulu Untuk Membahagiakan Orang Lain

Tidak Perlu Bahagia Dulu Untuk Membahagiakan Orang Lain

“Tidak perlu bahagia dulu untuk membahagiakan orang lain”, ungkapan tersebut terdengar klise alias kuno dan sulit untuk diaplikasikan di kehidupan nyata.

Faktanya memang begitu yang sering terjadi di sekitar kita, meski tidak semuanya lho yaa 😀

Banyak yang nunggu bahagia dulu untuk membahagiakan orang lain, “Ahh saya aja masih sedih gini malah disuruh menghibur orang lain”, begitulah kira-kira jawabannya.

Ada juga yang nunggu tajir alias kaya dulu untuk bersedekah, “Nanti aja sedekahnya kalau udah kaya dan punya mobil banyak”, sering dengar ungkapan begitu? 😀

Dan berbagai variasi jawaban lain yang intinya, banyak dari kita yang tidak mau berbuat sesuatu untuk membuat orang lain bahagia karena kita merasa masih belum punya sesuatu untuk melakukan itu.

Benarkah memang harus begitu?

Yaa nggak juga, bahkan kita dianjurkan untuk membantu orang lain meski kita masih kesusahan, belajar sedekah meski hidup masih penuh kekurangan, dan mencoba menghibur orang yang sedang kesusahan meski saat kita masih menderita.

Kenapa? Karena hal itu adalah sebagai sarana bersyukur kepada sang Pencipta bahwa kita masih diberi kehidupan yang luar biasa, sehingga dengan bersyukur kita berharap kita bisa meraih kebaikan yang lebih tinggi.

Cerita Orang Sakit Yang Menghibur Pasien Lain

Cerita ini beberapa kali saya baca di berbagai buku dan saya sangat terkesan dengan cerita tersebut

Ternyata, saya menemukan dan membaca cerita ini kembali di buku yang baru saya beli kemaren yaitu buku “Who Will Cry When You Die?” karya Robin Sharma, saya sarankan anda untuk membaca buku tersebut, keren banget 😉

Saya mencoba untuk menceritakan kembali di tulisan kali ini, kira-kira seperti ini ceritanya..


Pada suatu hari, seorang pria sedang sakit keras dibawa ke sebuah kamar di rumah sakit tempat seorang pasien sedang beristirahat di tempat tidur di sebelah jendela.

Seiring keduanya menjadi teman, pasien di sebelah jendela melongok ke luar, kemudian menghabiskan beberapa jam berikutnya menghibur temannya yang terbaring di tempat tidur dengan cerita yang nyata akan dunia luar.

Kadang dia menceritakan keindahan pohon-pohon di taman di seberang rumah sakit dan bagaimana daun-daunnya menari-nari ditiup angin.

Pada hari lainnya, dia menghibur temannya dengan mengambarkan satu demi satu perilaku orang-orang saat mereka berjalan-jalan di rumah sakit.

Bagaimanapun, seiring waktu berjalan, pria yang terbaring di tempat tidur semakin frustrasi atas ketidak mampuannya mengamati hal-hal indah yang diceritakan temannya itu. Akhirnya, dia jadi tidak menyukainya, kemudian membencinya dengan sangat.

Pada suatu malam, tepatnya ketika terkena serangan batuk yang sangat parah, pasien di sebelah jendela berhenti bernapas. Bukannya menekan tombol untuk meminta pertolongan, pria yang satunya memilih diam saja.

Keesokan paginya, pasien yang telah memberikan temannya begitu banyak kebahagiaan dengan menceritakan pemandangan di luar jendela dinyatakan meninggal dan dibawa keluar dari kamar rumah sakit.

Pria yang satunya segera meminta agar tempat tidurnya diletakkan di sebelah jendela, permintaan itu dituruti oleh suster yang sedang bertugas.

Tapi, saat melihat ke luar jendela, pasien tadi mengetahui sesuatu yang membuatnya gemetar: jendela itu menghadap tembok bata yang belum dilapis. Teman sekamarnya itu ternyata telah menyulap pemandangan luar biasa yang dia deskripsikan dalam imajinasinya sebagai sikap penuh cinta agar kehidupan temannya sedikit lebih baik dalam masa-masa sulitnya.


Apa yang anda pikirkan setelah membaca cerita di atas? Yess, sayapun tertegun. Begitu asyiknya pasien yang ada di samping jendela bercerita tentang keindahan ke pasien yang satunya, tanpa diketahui bahwa di sebelah jendela hanya tembok tanpa keindahan seperti yang ia ceritakan.

Bahkan di buku yang lain, akhirnya dari cerita tersebut di katakan bahwa pasien yang ada di dekat jendela mengalami kebutaan yang artinya ia tidak bisa melihat, sungguh mengagumkan bukan.

Begitu asyiknya ia mencoba untuk memberikan keindahan dan kebahagiaan kepada orang laain, padahal ia sendiri menderita.

Ooh andai setiap orang setiap hari yang ada di hati dan pikiran mereka adalah bagaimana membuat orang lain bahagia, tentu dunia ini akan damain dan aman sentosa.

Fokus Pada Kelebihan Bukan Pada Kekurangan

Bagaimana cara membuat orang lain bahagia sedang kita masih menderita? Jawabannya yaitu dengan bersyukur

Lalu bagaimana cara bersyukur padahal masih banyak kekurangan? Jawabannya yaitu dengan fokus pada kelebihan bukan pada kekurangan, fokus pada apa yang kita bisa dan punya, bukan fokus pada yang kita tidak bisa dan tidak punya.

Yess, jika kita fokus pada kekurangan yang kita terima dan kita miliki, apalagi untuk membantu orang lain, untuk bersyukur saja akan terasa sulit.

Akan tetapi jika kita fokus pada kelebihan atau pada apa yang sudah kita miliki, tentu akan banyak hal yang bisa disyukuri.

Saya pernah menulis tentang ungkapan yang membuat saya ingin selalu bersyukur setiap saat, silahkan baca disini => Ungkapan Yang Membuat Saya Ingin Selalu Bersyukur Setiap Saat

Dengan fokus pada apa yang sudah kita miliki, kita akan merasa betapa besarnya nikmat yang telah kita dapatkan dalam hidup ini.

Ketika kita merasa betapa besarnya keindahan yang kita rasakan dalam hidup, kita akan berterimakasih dan bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan semua nikmat-Nya.

Dan ketika kita selalu bersyukur setiap saat, maka tak ada lagi penghambat untuk untuk membuat orang lain bahagia, karena kita sudah tidak merasa kekurangan yang bikin kita enggan untuk beryukur.

Hidup Bukan Hanya Tentang Kita, Tapi Juga …

Saya jadi ingat dengan salah satu tulisan yang pernah saya tulis di website ini, tentang hidup yang tidak hanya tentang diri kita tapi juga tentang orang lain, selengkapnya bisa anda baca disini => Rahasia Hidup Jadi Indah

Saya sedikit mengulasnya sedikit di artikel ini dengan sedikit perbedaan sudut pandang, karena memang agak sedikit berhubungan.

Jadi sebenarnya, keberadaan kita di dunia ini tidak hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk yang lain.

Dalam salah satu hadist Nabi dikatakan bahwa paling baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.

Tentu bermanfaat disini tidak bisa kita aplikasikan jika kita hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Karena itu, yang juga perlu kita fikirkan bukan hanya diri kita tapi juga orang lain.

Karena, saat yang kita pikirkan adalah apa manfaat yang bisa kita berikan untuk orang lain, maka kita juga akan mendapatkan banyak sekali kebaikan yang datang pada diri kita.

Bahkan, apa yang kita selalu pikirkan untuk diri kita sendiri juga bisa kita dapatkan dengan banyak memberikan manfaat untuk orang lain, hukum tanam tuai bekerja disini.

So, masihkah kita hanya memikirkan diri kita sendiri? 😉

Robin Sharma bertanya dalam salah satu bukunya, “Tanda apa yang anda buat hari ini?”, luar biasa.

Tanda yang dimaksud adalah manfaat yang sudah kita lakukan di dunia ini.

Semoga kita selalu bisa memberikan manfaat untuk orang lain, untuk saudara, family, tentangga, agama, bangsa dan negara. Aamiin yaa Rabb.

Oke, sobat. Mungkin ini yang bisa saya share pada tulisan kali ini, jika sekiranya tulisan ini bermanfaat, silahkan bisa dishare ke teman-teman anda dengan menekan tombol share di bawah.

Newbie Blogger, Newbie Teacher and Young Father

Leave a Comment

eighteen − 14 =