Saat Menulis Menjadi Sebuah Penyakit

by; Lutfi Hamid

Saat Menulis Menjadi Sebuah Penyakit

Setiap saat saya melangkahkan kaki, atau bahkan duduk tanpa kerjaan. Saya selalu belajar membawa pulpen dan buku catatan.

Dan ketika ada sesuatu yang menyelinap dalam pikiran saya, saya langsung menulisnya.

Entah itu berbentuk sebuah kata, sebuah kalimat, satu paragraph atau bahkan menjadi beberapa bait puisi.

Yeah, begitulah. Karena saya menyadari bahwa otak saya masih belumlah secerdas Albert Enstein hehe

Dan seperti yang juga selalu diajarkan oleh guru-guru saya bahwa untuk menjadi penulis hebat, maka saya harus selalu membawa pulpen dan buku catatan.

Yeah, meski hasil tulisanku tidaklah bagus dan tidaklah sebanyak yang dihasilkan oleh para penulis hebat di luar sana, tapi mendinglah, seperti yang anda baca di berbagai tulisan di blog ini (promosi ne ye he he)

Dan karena keinginan tersebut, saya menjadi ketagihan untuk selalu membawa buku catatan dan pulpen kemanapun dan dimanapun

Dan setiap ada yang terlintas dalam pikiran, saya langsung menjadikannya tulisan. Yeah, meskipun tulisan tersebut terkadang jellek buaaanget he he.

Hanya saja, sobat. Saat itu, saya sedang istirahat bersama temen-temen saya di sebuah musholla di terminal Bungurasih dalam perjalan menuju Solo. Tiba-tiba ada ide melintas yang perlu saya tulis.

Langsung saja saya buka buku catatan kesayangan saya dan mulai menulis satu dua hingga beberapa kalimat.

Baca juga:  [Target Baru] Membaca 40 Buku Hingga Selesai di Tahun 2020

Dan pada saat saya sedang asyik-asyiknya menulis, tiba-tiba salah satu temen saya nyeletuk, “Wah kumat lagi ne penyakitnya

Saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan temen saya barusan, meski saya sebenarnya tidak mau terganggu oleh suasana lain pada saat saya menulis.

Tapi entahlah, celetukan temen saya barusan benar-benar membuat saya ingin bertanya, “Maksudnya?” Tanya saya, lalu meletakkan buku kesayangan saya, karena memang tulisan saya sudah selesai.

Iya, menulis kan memang penyakitmu” jawab temen saya sembari melihat saya, dan itu menunjukkan kalau kata-kata itu ditujukan ke saya.

Saya langsung tertawa terbahak-bahak, meski dalam hati, saya sebenarnya tercenung akan perkataan temen saya itu.

Menulis adalah sebuah penyakit” ini adalah sesuatu yang baru bagi saya.

Meski dalam hati saya bertanya-tanya, “Benarkah menulis itu penyakit?

Dan meskipun jika seandainya menulis itu memang benar-benar penyakit, saya ingin saya selalu terkena penyakit tersebut dan nggak sembuh-sembuh.

Yess, saya ingin terkena penyakit menulis, agar setiap saat saya selalu menulis he he

Newbie Blogger, Newbie Teacher and Young Father

Leave a Comment

nineteen + twelve =