Konon katanya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.
Meski banyak yang ingin. Akan tetapi, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain bukanlah hal yang mudah, meski juga tidak sesulit yang kita bayangkan.
Itulah kenapa, salah satu guru saya pernah berkata, “Jika tidak bisa bermanfaat bagi orang lain, setidaknya jangan merugikan orang lain!”
Selama ini, yang selalu menjadi fokus kita setidaknya ada dua hal, pertama terkait rezeki, yang selalu kita pikirkan hanyalah rezeki kita, income kita dan bahkan jarang (bukan berarti tidak ada) yang memikirkan rezeki orang lain.
Kedua terkait rezeki untuk orang lain, yang selalu menjadi fokus pembahasan kita adalah sedekah, bagaimana kita bisa memberi dan berbagi sebanyak mungkin pada orang lain.
Jika yang selalu kita pikirkan hanyalah income kita dan sedekah kita, maka ‘menjadi bermanfaat’ hanyalah semacam lambaian angin malam yang menghilang di balik kegelapan, begitu jauh dan begitu sulit diraih.
Padahal, tidak perlu 30 Hari Jadi Manfaat bagi orang lain, karena menjadi bermanfaat bisa dimulai saat ini juga, meski income yang kita dapatkan masih begitu minim.
Dan salah satu hal untuk jadi bermanfaat adalah dengan menjadi wasilah atau penghubung untuk rezeki orang lain.
Hanya saja, pesona wasilah untuk rezeki orang lain kini mulai pudar laksana indahnya pelangi di sore hari yang perlahan menghilang ditelan kegelapan. Padahal, menjadi wasilah rezeki orang lain begitu agung di sisi Allah dan begitu terasa manfaatnya bagi pelakunya.
Sebenarnya, sedekah juga merupakan bagian dari wasilah untuk rezeki orang lain, namun tidak hanya sedekah saja untuk menjadi wasilah rezeki.
Justru jika penghasilan masih pas-pasan, kita tidak perlu selalu fokus dengan sedekah untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain, karena ada banyak wasilah-wasilah lain yang bisa kita mulai saat ini juga.
Nah pada tulisan kali ini, saya akan share beberapa hal yang sering saya dan keluarga saya lakukan dalam hal menjadi wasilah untuk rezeki orang lain.
1. Membantu Usaha Orang Tua
Sejak menikah sekitar dua tahunan yang lalu, saya tidak lagi tinggal di rumah orang tua, namun hampir tiap minggu tiga kali saya selalu ke rumah orang tua.
Entah untuk silaturrahmi, bermain, menghadiri undangan tatangga, dan bahkan untuk membantu usaha orang tua.
Jadi ceritanya, beberapa bulan setelah saya menikah, orang tua saya membuka toko sembako di depan rumah (rumah lama yang sudah tidak ditempati), dan Alhamdulillah saat ini berjalan dengan lancar, meski mungkin laba, profit dan cashflow-nya belum begitu lancar akibat pandemi yang tidak kunjung usai.
Dan untuk restock (kulakan) barang dagangan selain dari pasar, online marketplace, dan sales biasanya ngambil dari swalayan yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal saya saat ini.
Nah, setiap kali kulakan barang dari swalayan ini, saya salah satunya yang sering membawakannya ke toko orang tua saya.
Terkadang, ketika ada barang kulakan yang masih belum terbayar, ibuku yang memintaku untuk menalangi pembayarannya terlebih dahulu.
Aktifitas ini memang kelihatan biasa saja, namun ada rasa puas dan bangga yang luar biasa karena bisa membantu usaha orang tuaku menjadi lebih cepat dan tentunya lebih mudah.
2. Menjadi Agen Pembayaran Usaha Saudara
Selain juga membantu orang tuaku jualan, adik saya sambi jualan online palugada 😀 , dan Alhamdulillah ada aja yang beli, dan cukuplah untuk beli gorengan sekeranjang 😀
Seperti layaknya jualan online yang lain, jualan online yang dilakukan adik saya ini juga butuh yang namanya aktifitas transfer untuk pembayaran ketika kulakan barang dan pembayaran dari costumer.
Masalahnya adalah, adik saya saat itu masih belum punya rekening sendiri untuk melakukan semua itu. Awalnya, ia menggunakan digital payment yang disediakan oleh marketplace online sebagai metode pembayarannya, namun karena ada beberapa kendala, ia menghentikan aktifitas payment digital tersebut.
Dan agar proses jualan online masih terus berlanjut dan lancar, sebagai gantinya adalah rekening saya yang sudah ada fasilitas mobile bangking-nya saya gunakan untuk mendukung dan membantu aktifitas jualan online adik saya.
Jadi, istilah kerennya, rekening saya digunakan sebagai agen pembayaran transaksi jualan online, meski itu semua khusus hanya untuk saudari dan isteri saya. 😀
3. Membeli Dagangan Orang Lain dan Menyebarnya
Salah satu ajaran tentang menuju keberlimpahan adalah dengan cara sedekah, hanya saja tidak semua cocok dengan cara tersebut, apalagi jika penghasilan kita masih pas-pasan dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tentu akan berpikir dua kali untuk bisa sedekah.
Nah, di poin ketiga ini, ada salah satu ajaran dari guru saya bahwa jika memang penghasilan kita pas-pasan, maka jalan terbaik untuk sedekah adalah dengan mengubah niat kita saat belanja.
Saat membeli dagangan orang lain, kita tidak hanya sekedar membeli saja, tapi juga diniatin sedekah. Karena, tanpa kita sadari, mereka berjualan juga dalam rangka mencari rezeki dan kita sebagai pembeli merupakan wasilah atau peyambung rezeki mereka.
Dan yang menarik adalah….
Saya dan keluarga saya tidak hanya fokus pada satu toko dan satu penjual saja, melainkan menyebar ke berbagai penjual yang ada di sekitar kami.
Dan tidak hanya untuk pembelian pribadi saja, bahkan untuk kulakan produk usaha orang tua saya juga menggunakan cara yang sama, dengan niat berbagi rezeki tidak hanya ke satu orang saja.
Contoh kemaren, saat ibu saya mau kulakan bawang putih, di swalayan tempat biasa kami kulakan sebenarnya juga tersedia, hanya saja sekitar 100 meter dari swalayan tersebut ada teman akrabnya ibu yang juga jualan bawang putih, dan ibuku malah kulakan dari temennya itu.
“Biar keuntungannya tidak hanya dinikmati oleh satu orang saja”, kata ibu ketika saya tanya kenapa tidak kulakan di satu tempat saja wong sama-sama ada, kan enak kalau lebih fokus tempat kulakannya bisa lebih banyak juga dapat THR-nya 😀 😀
4. Zakat Fitrah Untuk Tetangga Terdekat
Mumpung moment puasa dan lebaran, kita bahas Zakat fitrah juga ya 😀
Biasanya, di Indonesia khususnya di pulau Madura, zakat fitrah biasa diberikan (dibagikan) ke amil zakat (badan zakat), guru ngaji ataupun para kiayi.
Di tempat saya malah jarang zakat fitrahnya diberikan ke anak yatim ataupun fakir miskin, mayoritas diberikan ke guru ngaji dan kiayi, meski tidak semuanya lho yaa 😉
Berbeda dengan yang dilakukan orang tua saya setiap tahunnya, semenjak saya ingat, zakat fitrahnya selalu diberikan ke tetangga terdekat yang penghasilannya di bawah rata-rata, entah itu yang ada anak yatimnya atau yang lainnya.
“Agar yang lain ikut menikmati juga” begitu jawab mereka ketika saya bertanya kenapa selalu diberikan ke tetangga terdekat.
Meski tidak hanya empat hal seperti yang dijelaskan di atas saja untuk menjadi wasilah, karena masih ada banyak yang lainnya, tapi setidaknya empat hal tersebut begitu sederhana dan mudah sekali kita lakukan saat ini juga. 😉
Demikianlah pembahasan tentang menjadi bermanfaat dengan menjadi wasilah untuk rezeki orang lain, mudah sekali dilaksanakan meski mungkin sering luput dari perhatian kita karena terlalu fokus pada diri kita saja.
Semoga bermanfaat dan semoga selalu menjadi wasilah untuk rezeki orang lain!
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”